TB ~ Sebagai makhluk sosial, setiap manusia sangat membutuhkan keberadaan orang lain. Ketergantungan antara individu yang satu dengan lainnya, secara sendirinya akan membentuk kehidupan bermasyarakat. Dan Islam sebagai rahmat seluruh alam telah mengatur kaidah hidup bermasyarakat yang baik. Kewajiban untuk hidup berjamaah yang syar’i merupakan pilar utama dalam membangun masyarakat berperadaban mulia.
Kokohnya pilar kehidupan berjamaah selalu dilandasi oleh kehidupan bertetangga yang berkualitas. Kualitas tersebut tentu harus diawali dengan kehidupan bertetangga yang saling peduli dan saling menghormati. Ditambah, tidak saling menyakiti antar tetangga.
Rasulullah SAW bersabda, ”Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman.” Kemudian ada sahabat yang bertanya, ” Siapakah itu, ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “Orang yang tetangganya tidak merasa nyaman dari gangguannya.” (Muttafaq’alaih).
Pelajaran dari hadis tersebut diantaranya; peringatan tegas dari Rasulullah kepada seluruh umatnya yang mengaku beriman, agar hidup bertetangga yang baik dan jauh dari keburukan, serta larangan menyakiti tetangga. Karena, menyakiti tetangga dapat menyeret manusia untuk melakukan kemaksiatan sehingga dirinya masuk neraka.
Berbuat baik kepada tetangga juga merupakan perintah Allah SWT dan harus dilaksanakan oleh seluruh umat manusia. Selain menyembah Allah dan larangan mempersekutukan-Nya, perintah wajib yang mesti diindahkan adalah berbuat baik kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman, ibnu sabil dan hamba sahaya. (QS an-Nisa: 36).
Pentingnya kesadaran untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi siapapun, termasuk kepada tetangga, harus ditumbuh-kembangkan dalam diri setiap individu. Harapannya, dapat terwujud keselarasan dan kenyamanan hidup dalam bertetangga. Sehingga, kehidupan harmonis tersebut akan mendorong setiap umat untuk berbuat baik dan saling bekerja sama.
Terciptanya kerjasama antar tetangga akan memperkuat jalinan ukhuwah dalam kehidupan berjamaah. Sementara berbuat baik kepada tetangga merupakan buah hasil dari sikap kepedulian yang tinggi. Kepedulian yang lahir bukan karena iming-iming imbalan atau adanya suap dari siapapun. Tetapi kepedulian yang murni untuk saling berbagi dengan tetangga meski itu sebatas urusan dapur.
Abu Dzar RA berkata bahwa suatu hari Rasulullah pernah bersabda kepadanya, “Hai Abu Dzar, jika kamu memasak kuah, maka perbanyaklah airnya. Lalu perhatikanlah para tetanggamu dan berilah mereka dengan baik.” (Riwayat Muslim).
Inilah sekiranya tradisi umat terdahulu yang dianjurkan Rasulullah kepada kita agar selalu menghidupkannya. Tradisi saling berbuat baik dan berbagi sebagai cermin kepedulian kita kepada tetangga, dimanapun kita berpijak. “Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah teman yang terbaik kepada temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah tetangga yang terbaik kepada tetangganya.” (Riwayat Tirmidzi).
Pada akhirnya, apabila masing-masing orang secara sadar dan ikhlas memberikan apa yang menjadi hak tetangganya, maka tidak akan terjadi yang namanya korupsi. Karena perilaku korup hanya dipraktekan oleh orang-orang yang tidak mempedulikan hak tetangga, mereka hanya mementingkan diri atau golongannya sendiri.
Kokohnya pilar kehidupan berjamaah selalu dilandasi oleh kehidupan bertetangga yang berkualitas. Kualitas tersebut tentu harus diawali dengan kehidupan bertetangga yang saling peduli dan saling menghormati. Ditambah, tidak saling menyakiti antar tetangga.
Rasulullah SAW bersabda, ”Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman.” Kemudian ada sahabat yang bertanya, ” Siapakah itu, ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab, “Orang yang tetangganya tidak merasa nyaman dari gangguannya.” (Muttafaq’alaih).
Pelajaran dari hadis tersebut diantaranya; peringatan tegas dari Rasulullah kepada seluruh umatnya yang mengaku beriman, agar hidup bertetangga yang baik dan jauh dari keburukan, serta larangan menyakiti tetangga. Karena, menyakiti tetangga dapat menyeret manusia untuk melakukan kemaksiatan sehingga dirinya masuk neraka.
Berbuat baik kepada tetangga juga merupakan perintah Allah SWT dan harus dilaksanakan oleh seluruh umat manusia. Selain menyembah Allah dan larangan mempersekutukan-Nya, perintah wajib yang mesti diindahkan adalah berbuat baik kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman, ibnu sabil dan hamba sahaya. (QS an-Nisa: 36).
Pentingnya kesadaran untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi siapapun, termasuk kepada tetangga, harus ditumbuh-kembangkan dalam diri setiap individu. Harapannya, dapat terwujud keselarasan dan kenyamanan hidup dalam bertetangga. Sehingga, kehidupan harmonis tersebut akan mendorong setiap umat untuk berbuat baik dan saling bekerja sama.
Terciptanya kerjasama antar tetangga akan memperkuat jalinan ukhuwah dalam kehidupan berjamaah. Sementara berbuat baik kepada tetangga merupakan buah hasil dari sikap kepedulian yang tinggi. Kepedulian yang lahir bukan karena iming-iming imbalan atau adanya suap dari siapapun. Tetapi kepedulian yang murni untuk saling berbagi dengan tetangga meski itu sebatas urusan dapur.
Abu Dzar RA berkata bahwa suatu hari Rasulullah pernah bersabda kepadanya, “Hai Abu Dzar, jika kamu memasak kuah, maka perbanyaklah airnya. Lalu perhatikanlah para tetanggamu dan berilah mereka dengan baik.” (Riwayat Muslim).
Inilah sekiranya tradisi umat terdahulu yang dianjurkan Rasulullah kepada kita agar selalu menghidupkannya. Tradisi saling berbuat baik dan berbagi sebagai cermin kepedulian kita kepada tetangga, dimanapun kita berpijak. “Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah teman yang terbaik kepada temannya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah tetangga yang terbaik kepada tetangganya.” (Riwayat Tirmidzi).
Pada akhirnya, apabila masing-masing orang secara sadar dan ikhlas memberikan apa yang menjadi hak tetangganya, maka tidak akan terjadi yang namanya korupsi. Karena perilaku korup hanya dipraktekan oleh orang-orang yang tidak mempedulikan hak tetangga, mereka hanya mementingkan diri atau golongannya sendiri.
Tag :
Islam
Share on :
Facebook
Twitter
Google+
2 Komentar untuk "Cara Hidup Bertetangga"
Sesama tetangga saling akur, saling berbagi. Jgn sampai tetangga kelaparan, sedangkan kita makan berlebih..
Neng setuju banget sama tambahannya... Makasih yah...
✔ Silakan berkomentar dengan baik dan tidak meninggalkan link aktif.